Select Portal Media : Ozenk Articles | Opnet Services | Exctech Blog | Islamic Studies | Space Theater | Master Wayang |
Mahdisme Dan Kesenian | Mengkajikan

Ikutlah Mengkaji Beberapa Artikel Yang terkumpul

Kami akan Menghumpulkan beragam artikel sebagai bahan materi pembahasan. Dengan Semangat Pluralisme yang berpondasi pada Pancasila Dan Tut Wuri Handayani, Berdasar pada Kitab Suci Dan Hadist, dan Berpegang teguh pada Kaidah Agama Kelak mendorong dan memotivasi Para pembaca yang lainnya. Informasi, Kritik dan Saran silahkan Kirim Ke : kajian@gmail.com

User Login

On Minggu, 04 Maret 2012 0 komentar

Hollywood Dan Mahdiisme

Sutradara-sutradara Amerika Mengincar Mahdiisme Sebagai Sasaran Empuk Industri Film

Dalam satu ungkapan dapat dikatakan dunia masa kini adalah dunia gambar dan visual, dan tanpa diragukan lagi film dan sinema merupakan wujud konkret dan personifikasi utuh dari dunia gambar ini.
Dalam sebuah buku karya Fustman yang berjdudul "hidup dalam kesenangan dan mati dalam kebahagiaan" disebutkan bahwa ada tiga priode dan metode manusia dalam melakukan transformasi dan pemindahan informasi dari satu pihak kepada pihak yang lain.
Periode pertama: periode transformasi melalui bahasa, seperti seorang ayah berkata: wahai anakku hafalkan kalimat atau kata ini.
Periode kedua: proses transformasi melalui tulisan, jutaan buku-buku yang ditulis oleh para penulis dan muhaqiq adalah bukti hidup pemindahan ilmu pengetahuan dari generasi sebelumnya kepada generasi yang akan datang.
Sedang periode ketiga adalah periode gambar dan visualisasi di mana sinema dan televisi telah mengganti dua gelombang dan dua periode sebelumnya.
Yang jelas gambar yang dimaksud di sini bukan sembarang gambar tapi gambar yang sudah diformat, diseting sedemikian rupa dan yang telah diedarkan di pasaran.
Analisa yang dilakukan oleh Fustman adalah analisa yang cukup valid dan pembagiannya tiga periode yang dilakukannya ini sedang kita rasakan di era gambar dan sinema dan tema atau trend informasi ini merupakan sari dari informasi itu sendiri. Artinya dari satu sisi kita hidup di era informasi dan transformasi di mana informasi adalah cara atau metode paling menarik, paling berpengaruh, paling ngetren dan paling langgeng dari sekian banyak metode  dan sarana yang ada.
Hanya saja, perlu ditekankan bahwa bukan berarti tidak ada lagi level yang lebih baik dari kehidupan yang sekarang, manusia masih mampu untuk menerima perubahan yang lebih drastis lagi.
Setiap harinya, antara 78 % hingga 79 % informasi harian kita didapat melalui indra penglihatan atau mata, sedang informasi sisanya didapat dengan perantara organ tubuh yang lain.
Di sisi lain, jika kita mencermati system penangkapan informasi manusia kita akan memahami bahwa belahan otak kanan manusia khusus untuk pengetahuan huduri dan syuhudi yang terekam dengan bentuk gambar.
Sesuai riset yang dilakukan selama kurun waktu10 hingga 15 tahun terakhir manusia dengan bagian kanan otaknya mampu merekam informasi secara syuhudi dan menjaganya tetap langgeng di sana , di samping itu informasi jenis ini paling besar pengaruhnya terhadap keperibadian seorang anak manusia.
Kumpulan peremis yang sedang kami paparkan kepada anda sekalian  secara ringkas, membentuk sebuah arti di mana gambar atau visualisasi sarana yang terbaik dalam peroses transformasi dan lebih dari itu dia dapat memberikan pengaruh lebih terhadap keperibadian seseorang. Mukadimah ini kami rasa cukup sebagai penjelas dari kedudukan visualisasi dan sinema.
Lihatlah, bahwa di barat dalam masalah teknologi selalu mengaharapkan hal yang lebih prefect dan sempurna. Artinya kita memiliki sebuah pembahasan dalam filsafat ilmu pengetahuan bahwa ilmu jika sudah terkumpul dan finish maka ujung-ujungnya dia akan menelorkan power dan kekeuatan.
Mari kita merujuk pada ungkapan Fransis Bacon: "Tujuan akhir dari ilmu pengetahuan adalah kekuatan dan power". Dalam iklim semacam ini bangsa barat untuk menggunakan power dan melahap obsesi mereka yang besar, secara maksimal telah memanfaatkan gambar dan visual.
Hollywood adalah sebuah pusat industri perfilman Amerika di mana dalam waktu satu tahun dapat memproduksi sekitar 700 film dan dengan mengantongi keuntungan bersih 15 atau 16 milyard dolar pertahun. Di mana kurang lebih 78 % sinema dan televisi dunia adalah konsumen permanan mereka.
Masalahnya yang patut kita sebutkan di sini, barat telah memahami urgensitas, power dan teknik gambar yang pada akhirnya mereka terapkan dalam bentuk film.
Di barat kita tidak akan mendapati film yang tidak laku, dari 600 atau 700 film yang mereka produksi sekitar 30 atau 40 film yang ngetop di pasaran dan di dunia, akan tetapi jangan lupa itu juga berkat upaya mereka dalam mempromosikan dan mengiklankan industri mereka ini, atau bahkan dengan memanfaatkan ketenaran yang mereka miliki, dan secara jujur kita katakan mereka benar-benar profesional sebagai bukti mereka telah memperoduksi film Titanic yang menyedot dua milyard penonton di dunia saat itu.
Poin-poin ini kita sebutkan secara acak karena setiap dimensinya memiliki arti yang luas, saya ingin katakan bahwa dengan berbagai dalil barat telah memahami kekuatan besar dan sihir dari film.
Atas dasar ini, sekarang kerja pertama dan terpenting mereka adalah menerjemahkan asas-asas pemikiran mereka yang menjadi hasil ide dan tujuannya dengan bahasa film.
Artinya saya menganggap ciri terbesar yang dimiliki oleh barat adalah kemampuan mereka menerjemahkan ide, wacan atau image umum ke dalam sebuah film. Karena seorang psikologis modern menjelaskan bahwa pengaruh yang dimiliki oleh gambar itu tidak mengandung kata dan dalam kajian psikologis setiap gambar sama dengan 1000 kata. Bersambung >>

0 komentar:

Posting Komentar