Select Portal Media : Ozenk Articles | Opnet Services | Exctech Blog | Islamic Studies | Space Theater | Master Wayang |
Para Pengingkar Imam Al Mahdi | Mengkajikan

Ikutlah Mengkaji Beberapa Artikel Yang terkumpul

Kami akan Menghumpulkan beragam artikel sebagai bahan materi pembahasan. Dengan Semangat Pluralisme yang berpondasi pada Pancasila Dan Tut Wuri Handayani, Berdasar pada Kitab Suci Dan Hadist, dan Berpegang teguh pada Kaidah Agama Kelak mendorong dan memotivasi Para pembaca yang lainnya. Informasi, Kritik dan Saran silahkan Kirim Ke : kajian@gmail.com

User Login

On Minggu, 04 Maret 2012 0 komentar

Ahmad Amin

Ahmad Amin dari Mesir, dalam Dhuha Islam jilid ketiga telah mengutarakan unek-uneknya yang muncul dari kebenciannya terhadap Ahlu bait as dan kaum Syi'ah, dia mengatakan:"akar pemikiran Mahdawiyah yang dianut oleh kaum Syi'ah itu berasal dari keyakinan kaum Yahudi dan Kristiani dan ini adalah sebuah kebohongan".
Untuk menjawab orang seperti Ahmad Amin, Ibn Taimiyah dan yang lain, bahwa akar pemikiran seluruh akidah Syi'ah sangatlah kokoh, dimana keyakinan-keyakinan itu sudah berakar dari zaman Rasulullah saw sendiri dan memiliki hubungan dengan wahyu. Salah satu dari keyakinan tersebut adalah wujud suci Imam zaman Mahdi as, di mana keyakinan terhadap kedatangan beliau di akhir zaman memiliki akar qurani dan riwai.
Pada dasarnya harapan akan munculnya sebuah reformis di akhir masa adalah sebuah fitrah yang tidak hanya termaktub dalam kitab al-Quran saja tapi semua kitab-kitab samawi; Taurat, Injil, Zabur dan yang lain telah menyebutkannya. Dengan demikian penantian akan datangnya Imam Mahdi as merupakan keyakinan seluruh umat dan tidak khusus bagi kalangan Syi'ah belaka.


Ibnu Khaldun

Ibnu Khaldun, merupakan sosok yang tetap bersikeras, menentang keyakinan akan Mahdawiyah, di tengah-tengah teriakan nyaring ulama dan cendikiawan Ahlu Sunnah yang berkeyakinan bahwa hadis-hadis yang berkaitan dengan munculnya imam Mahdi  as adalah mutawatir dan layak diterima,  dia tetap pada pendiriannya seraya berkata:
“di tengah-tengah kaum muslimin di sepanjang sejarah yang panjang, bahkan sampai zaman ini telah menjadi rahasia umum bahwa di akhir zaman kelak seorang anak manusia dari keluarga Rasulullah saw akan bangkit, di mana dia akan membela agama, menegakkan keadilan, diikuti oleh seluruh kaum muslimin tanpa terkecuali, dan akan menguasai seluruh pemerintahan bangsa dan negara-negara Islam. Sosok ini bernama Mahdi,  munculnya Dajjal dan peristiwa yang menandai dekatnya hari kiamat,  akan terjadi selepas kebangkitannya, Isa  putra Maryam as akan turun dari langit dan akan membunuh si Dajjal, atau dia akan membantunya untuk membunuh Dajjal, selain itu nabi Allah Isa akan shalat di belakangnya…
Sekelompok ahli hadis seperti: Tarmidzi, Abu dawud, Ibnu Majah, Bazzaz, Hakim Nisyaburi, Thabrani, Abu Ya’la dan yang lain, adalah para ahli hadis yang telah menukil riwayat tentang Mahdi  dari beberapa sahabat nabi seperti: Ali bin abi Thalib, Abdullah Ibn Abbas, Abdullah bin Umar, Thalhah, Abdullah bin Mas’ud, Abu Hurairah, Anas, Abu Sa’id al-Khudri, Ummu Habibah, Ummu Salamah, Tsauban, Qurah bin A’yas, Ali Hilali, Abdullah bin Harits, dan beberapa sahabat yang lain”.
Ibnu Khaldun kemudian berkomentar:”betapa banyak kalangan ulama yang mengingkari hadis-hadis ini, dari sisi sanad (silsilah perawi), di samping itu para ahli hadis juga memahami dan menyakini jarh lebih didahulukan dari pada ta’dil, oleh karena itu jika dalam sebagian para perawi hadis tersebut terdapat kelemahan seperti: sang rawi suka lalai, pelupa, lemah atau memiliki akidah sesat dan menyimpang, maka hadis tersebut sudah tidak bisa lagi dijadikan sebagai pijakan dan sandaran.”
Kemudian dia (Ibn Khaldun) menukil beberapa hadis dan para rawi hadis dan mengatakan bahwa mereka tidak dapat dipercayai, lebih lanjut dia mulai berani menyama-ratakan hadis-hadis yang menurutnya lemah itu kepada semua riwayat tentang Mahdawiyah dengan berkata:”inilah serentetan hadis yang dinukil oleh para ahli hadis tentang Mahdi  dan kebangkitannya di akhir zaman, dan sebagaimana anda perhatikan dalam seluruh hadis  tentangnya –selain beberapa hadis– lemah dan tidak dapat dijadikan sandaran.

Jawaban Terhadap Ibnu Khaldun

Pendapat nya tentang hal ini tidak dapat dibenarkan dan lagi tidak berdasar,
Pertama: karena dia harus mengakui:”sebagaimana telah dijelaskan olehnya bahwa jika beberapa riwayat dan hadis tentang Mahdi ada yang kuat, dan bisa dibuat sebagai pijakan, sudah cukup tentunya untuk memastikan wujud suci Mahdi dan kebangkitannya, selain itu riwayat yang kuat tadi dapat dijadikan penguat dan pelenyap keraguan dari riwayat-riwayat yang lemah menurut dia  dan yang perlu diragukan karena kelemahan para rawinya.
Kedua , apa yang disebutkan olehnya adalah tidak bisa dijadikan jawaban atau kritikan terhadap mereka yang mengklaim kemutawatiran riwayat tentang Mahdawiyah yang dapat mendatangkan keyakinan, seperti diyakini oleh Ibn Abil Hadid al-Mu’tazili, sorang sosok ahli sejarah dan hadis dari kalangan Ahlu sunnah, dia mengatakan:” seluruh sekte dan aliran dalam Islam telah bersepakat bahwa usia dunia dan kewajiban menjalankann hukum syar’i manusia tidak akan berakhir kecuali disudahi dengan munculnya Mahdi. Selain dia beberapa sesepuh ulama Ahlu sunnah dan ulama kontemporer juga mengklaim kemutawatiran riwayat dalam pembahasan ini dengan pengecekan yang intensif, dengan demikian sandaran dan kesepakatan semacam ini tidak akan rusak atau “ternodai” hanya karena ketidak setujuan seorang ibnu Khaldun.

0 komentar:

Posting Komentar